Biogas
yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas metana (CH4) sebesar 55-65
%, gas karbon dioksida (CO2) sebesar 30-35 % dan sedikit gas
hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas-gas lain. Panas
yang dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas
alam mengandung gas metana (CH4) sebesar 80 % dengan panas sebesar
1000 BTU/cuft. Kandungan gas metana (CH4) dari biogas dapat
ditingkatkan dengan memisahkan gas karbon dioksida (CO2) dan gas
hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat korosif (Price dan
Cheremisinoff, 1981). Proses degradasi bahan organik secara anaerob dilakukan
oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi
Pembentukan
biogas setidaknya melibatkan tiga komunitas bakteri yang di-perlukan
oleh rantai proses biokimia yang
melepaskan metana
(Nelson, 2011). Digester
anaerobik biasanya dirancang untuk beroperasi di zona suhu
mesofilik (20-40°C) atau termofilik (>40°C).
Sludge yang dihasilkan dari proses penguraian anaerobik yang berbentuk cair
sering digunakan sebagai pupuk
(Nelson, 2011).
Proses fermentasi anaerobik adalah proses
penggunaan bahan baku organik
dan
merubahnya menjadi biogas, kom-ponen utama yang terbentuk adalah karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4)
(Nelson, 2011). Proses fermentasi terdiri dari beberapa proses seperti hidrolisis polimer (I), fermentasi (II), asetogenesis (III), dan metanogenesis (IV). Fase-fase
tersebut merupakan proses
utama yang terjadi selama penguraian sampah organik dan pembentukan biogas
(Nelson, 2011).
Hidrolisis. Tahap
pertama dalam degradasi anearobik sebagian besar limbah organik adalah
hidrolisis, dimana bahan-bahan polimer organik secara enzimatik dipecah menjadi
bahan-bahan terkarut (biasanya monomer atau dimer) pyang kemudian dapat
ditransportasi melewati membran sel. Hasil proses hidrolisis adalah pembentukan
gula-gula dari karbohidrat, asam-asam lemak dari minyak/lemak, dan asam-asam
amino dari protein. Proses ini dilakukan oleh mikroorganisme yang mampu
menghasilkan enzim hidrolitik. Bakteri hidrolitik dapat dikelompokkan
berdasarkan tipe enzim ekstra atau eksoseluler yang dihasilkannya, dan bakteri
ini dapat terinhibisi oleh akumulasi gula dan asam amino. Faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap proses hidrolisis antara lain adalah pH dan suhu.
Efisiensi hidrolisis tertinggi untuk selulosa terjadi pada pH 6,7 dan terendah
pada pH 5,1-5,2 (Eastman & Ferguson, 1981). Suhu juga berpengaruh pada laju
hidrolisis. Pada pH netral dilaporkan bahwa hidrolisis optimum untuk selulosa
terjadi pada suhu 40o C.
Fermentasi. Fermentasi
merupakan proses utama disimiliasi bahan organik pada lingkungan anaerobik.
Bahan-bahan organik terlarut difermentasi menjadi berbagai produk akhir,
meliputi asam-asam format, asetat, propionat, butirat, laktat, suksinat,
etanol, karbon dioksida, dan gas hidrogen (Romli, 2010).
Asetogenesis. Bakteri
metanogen tidak dapat menggunakan produk-produk fermentasi dengan atom karbon
lebih dari dua untuk pertumbuhannya. Bakteri ini hanya menggunakan
sumber-sumber energi sederhana, misalnya asetat, metanol, metilamin, CO2
dan H2 atau format. Dalam proses oksidasi ini dihasilkan hidrogen
dan karbon dioksida, dan bakteri yang berfungsi untuk proses konversi ini
dikenal dengan bakteri asetogen.
Metanogenesis. Fungsi
utama bakteri hidrolitik dan fermentatif adalah untuk memecah biopolimer
menjadi unit-unit monomer dan konversi monomer ini menjadi produk-produk yang
lebih sederhana. Dalam reaktor anaerobik aktivitas bakteri fermentasi harus
dilengkapi dengan aktivitas bakteri metanogen yang mengkonversi produk-produk
fermentasi menjadi gas metana yang tidak larut yang akan terlepas ke atmosfer.
Ada dua kelompok utama bakteri yang bertanggung jawab dalam pembentukan metana
yaitu bakteri metanogen asetoklastik dan bakteri metanogen pengguna hidrogen
(Romli, 2010).
Komposisi Biogas
Biogas mengandung metana 50-70% dan 30-50% karbon dioksida, serta sejumlah kecil gas lainnya termasuk hidrogen sulfida, tergantung pada substrat (Sasse, 1988). Metana adalah komponen terutama
yang dapat menghasilkan nilai kalori sebesar 21-24 MJ/m3
atau sekitar 6 kWh/m3 (Dimpl, 2010). Menurut Wellinger &
Lindenberg (2000), komposisi biogas yang dihasilkan sangat tergantung pada
jenis bahan baku yang digunakan. Namun demikian, komposisi biogas yang utama
adalah gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
dengan sedikit hidrogen sulfida (H2S). Komponen lainnya yang
ditemukan dalam kisaran konsentrasi kecil (trace element) antara lain senyawa
sulfur organik, senyawa hidrokarbon terhalogenasi (Halogenated hydrocarbons),
gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2), gas karbon
monoksida (CO) dan gas oksigen (O2). Komposisi utama yang terdapat
dalam biogas ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi
Kandungan Biogas
No.
|
Komponen
|
Satuan
|
Komposisi
|
|
1
|
2
|
|||
1
|
Gas Methan (CH4)
|
%Vol
|
50-75
|
54-70
|
2
|
Karbon dioksida (CO2)
|
%Vol
|
24-40
|
27-45
|
3
|
Nitrogen (N2)
|
%Vol
|
<2
|
0-1
|
4
|
Hidrogen (H2)
|
%Vol
|
<1
|
0-1
|
5
|
Karbon monoksida (CO)
|
%Vol
|
0,1
|
|
6
|
Oksigen (O2)
|
ppm
|
<2
|
0,1
|
7
|
Hidrogen sulfida (H2S)
|
ppm
|
<2
|
sedikit
|
Keterangan
: Hambali, 2007 dan
Widarto,1997